Ya! Sumur minyak juga perlu disemen. Pakai semen bangunan? Bukan. Tapi semen yang memang secara khusus didesain untuk aktifitas pengeboran. Bukan hanya semen, tapi bermacam pipa juga ditanam sebelum akhirnya semen diaplikasikan.
Sama seperti fungsi semen pada umumnya, semen yang digunakan pada pengeboran migas juga berfungsi untuk menguatkan formasi dan melindungi sumur dari kontaminasi.
![]() |
| Well Cementing Plan |
![]() |
| Conductor Casing |
![]() |
| Instalasi Conductor Casing |
Berikutnya yang dipasang setelah surface casing adalah intermediate casing. Ukuran casing ini antara 5″-13 3/8″. Casing ini disemen hingga kedalaman tertentu menggunakan semen API kelas A, C, G, atau H dengan bentonite. Bagian ujung bawah casing ini disemen menggunakan high strength cement. Fungsi dari semen ini antara lain:
1. Memberi kemampuan mengontrol sumur
2. Melindungi dari tinggi atau rendahnya tekanan lubang sumur yang berasal dari fluida yang tidak diinginkan.
3. Mengisolasi zona produksi
4. Mengatasi masalah pengeboran seperti lost circulation, differential sticking
![]() |
| Intermediate Casing |
![]() |
| Intermediate casing Installation |
Casing ini memiliki ukuran diameter antara 2 3/8″-9 5/8″ ditanam hingga kedalaman zona produksi. Casing ini didesain untuk mengisolasi tekanan formasi. Proses penyemenannya pun, menutup zona produksi hingga minimal 100 kaki di atas lapisan zona produksi. Semen pada bagian bawah menggunakan high strength cement.
Liner dibedakan menjadi dua tipe yaitu drilling liner dan production liner.
1. Drilling liner
Memiliki ukuran pipa antara 5″-11 3/4″ dan biasanya disemen hingga ke liner hanger. Drilling liner memiliki fungsi antara lain:
a. Memberi kemampuan mengontrol sumur
b. Melindungi sumur dari fluida yang tidak diinginkan
c. Mengisolasi zona produksi
d. Mengatasi lost circulation
2. Production liner
Memiliki ukuran pipa antara 5″-9 5/8″ dan disemen hingga kedalaman tertentu. Liner ini mempunyai fungsi antara alin:
a. Memberi kemampuan mengontrol sumur
b. Memberi kestabilan ruang bor
c. Mengisolasi zona produksi
![]() |
| Well Completion Design |
![]() |
| Drilling dan Production Liner |
2. Cementing
Pada umumnya operasi penyemenan bertujuan untuk:
a. Sebagai penghambat dari perpindahan fluida di antara permeable zones.
b. Syarat utama pendukung casing
c. Melindungi casing dari korosi
d. Menjaga dinding sumur dari kemungkinan untuk runtuh.
Menurut tujuannya, cementing dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Primary Cementing
Primary cementingi adalah proses penyemenan yang pertama kali dilakukan setelah casing diturunkan ke dalam sumur bor. Proses penyemenan jenis ini fungsi dan tujuannya bergantung pada casing yang akan disemen.
Penyemenan conductor casing bertujuan untuk mencegah kontaminasi dari fluida pemboran (lumpur pengeboran/mud) dengan formasi.
Penyemenan surface casing bertujuan untuk melindungi air tanah agar tidak tercemar oleh drilling liquid (mud), memperkuat surface casing sebagai tempat dipasangnya blow out preventer (BOP), menahan beban casing yang ada di bawahnya, dan untuk mencegah rembesan drilling liquid atau fluida formasi yang melalui surface casing.
Penyemenan intermediate casing ditujukan untuk menutup tekanan formasi yang abnormal dan untuk mengisolasi daerah lost circulation.
Penyemenan production casing mempunyai tujuan untuk mencegah terjadinya aliran antar formasi atau aliran fluida formasi yang tidak diinginkan yang akan memasuki sumur. Selain itu untuk mengisolasi zona produktif yang akan diproduksi (perforated completion). Mencegah terjadinya korosi akibat zat korosif juga termasuk tujuan penyemenan di zona ini.
2. Secondary / Remedial Cementing
Secondary atau remedial cementing merupakan penyemenan ulang setelah primary cementing yang bertujuan untuk menyempurnakan atau memperbaiki proses penyemenan sebelumnya. Setelah setiap segmen dari proses penyemenan selesai, maka akan dilakukan Cement Bond Logging (CBL) atau pengambilan data kekuatan ikatan semen dan Variable Density Logging (VBL) atau data densitas dari semen tersebut.
Apabila data yang disajikan oleh kedua metode tersebut menunjukkan hasil yang kurang baik, maka perlu dilakukan perbaikan atau penyemenan ulang. Operasi penyemenan ulang (secondary cementing) antara lain squeeze cementing dan re-cementing. Squeeze cementing dilakukan selama proses pengeboran berlangsung, waktu kompresi maupun workover. Squeeze cementing ini memiliki tujuan yaitu:
– Mengurangi water oil ratio, water gas ratio, atau gas oil ratio
– Menutup formasi yang sudah tidak lagi produktif
– Menutup zona yang lost circulation
– Memperbaiki kebocoran yang terjadi di casing
Sedangkan re-cementing dilakukan untuk menyempurnakan primary cementing yang gagal dan untuk memperluas perlindungan casing di atas top semen.
3. Klasifikasi Semen
American Petroleum Institute (API) telah menetapkan pengklasifikasian semen ke dalam beberapa kelas untuk mempermudah pemilihan dan penggolongan semen yang akan digunakan. Pengklasifikasian ini berdasarkan kondisi sumur dan sifat semen yang akan disesuaikan dengan kondisi sumur tersebut. Kondisi yang dimaksud adalah kedalaman sumur, temperatur, tekanan, dan kandungan yang terdapat pada fluida formasi.
Terdapat 9 (sembilan) klasifikasi semen yang disusun oleh API, antara lain:
1. Class A
– Menjangkau kedalaman permukaan kurang dari 6000 kaki (1830 m)
– Tidak ada bahan baku tambahan
– Setara dengan ASTM C150, Type I
2. Class B
– Menjangkau kedalaman permukaan kurang dari 6000 kaki (1830 m)
– Ketahanan terhadap sulfat dari level menengah hingga tinggi
– Setara dengan ASTM C150, Type II
3. Class C
– Menjangkau kedalaman permukaan kurang dari 6000 kaki (1830 m)
– Ketahanan terhadap sulfat dari level menengah hingga tinggi
– Setara dengan ASTM C150, Type III
– Kekuatan awal yang tinggi
4. Class D
– Menjangkau kedalaman permukaan antara 6000-10000 kaki (1830-3050 m)
– Ketahanan terhadap sulfat dari level menengah hingga tinggi
– Ketahanan terhadap suhu dan tekanan dari level menengah hingga tinggi
5. Class E
– Menjangkau kedalaman permukaan antara 10000-14000 kaki (3050-4270 m)
– Ketahanan terhadap sulfat dari level menengah hingga tinggi
– Ketahanan terhadap suhu dan tekanan tinggi
6. Class F
– Menjangkau kedalaman permukaan antara 10000-16000 kaki (3050-4880 m)
– Ketahanan terhadap sulfat dari level menengah hingga tinggi
– Ketahanan terhadap suhu dan tekanan ekstrem
7. Class G
– Menjangkau kedalaman permukaan kurang dari 8000 kaki (2440 m)
– Digunakan sebagai semen dasar, tekstur lembut
– Dapat digunakan bersama akselerator dan retarder untuk spesifikasi lainnya
– Ketahanan terhadap sulfat dari level menengah hingga tinggi
– Tanpa bahan tambahan lain kecuali kalsium sulfat atau air
8. Class H
– Menjangkau kedalaman permukaan kurang dari 8000 kaki (2440 m)
– Digunakan sebagai semen dasar, tekstur kasar
– Dapat digunakan bersama akselerator dan retarder untuk spesifikasi lainnya
– Ketahanan terhadap sulfat dari level menengah hingga tinggi
– Tanpa bahan tambahan lain kecuali kalsium sulfat atau air
9. Class J
– Menjangkau kedalaman permukaan antara 10000-16000 kaki (3050-4880 m)
– Ketahanan terhadap sulfat dari level menengah hingga tinggi
– Ketahanan terhadap suhu dan tekanan ekstrem
– Dapat digunakan bersama akselerator dan retarder untuk spesifikasi lainnya
– Tanpa bahan tambahan lain kecuali kalsium sulfat atau air
Berikut adalah tabel keterangan mengenai karakteristik semen yang digunakan dalam proses pengeboran minyak dan gas bumi.
![]() |
| Cement Classification and Characteristic Tabulation |
Sedikit dari banyak hal tentang casing dan cementing yang dapat dibagikan dalam artikel ini. Ikuti terus blog ini untuk lebih banyak detil tentang energi terbarukan, minyak dan gas bumi, dan teknologinya. Semoga bermanfaat 🙂













